Minggu, 23 Juni 2013

Strategi Adaptasi Pondok Pesantren


                                                        BAB 1. Pendahuluan                              
1.1  Latar Belakang Masah
            Kalau kita mencari lembaga pendidikan Islam asli Indonesia dan berakar kuat dalm masyarakat, lembaga tersebut adalah Pondok Peasantren. Ironisnya, lembaga tersebut masih diragukan kemampuannya dalam menjawab tantangan jaman.Namun dalam dunia Pondok Pesantren sendiri terdapat Dilema, di satu sisi pondok pesantren harus mempertahankan keberadaannya agar ciri asli Indonesia tidak memudar.
            Dengan demikian, posisi yang saya tentukan dalam penelitian ini adalah aktivitas pimpinan pondok pesantren dengan melihat pada jaringan sosialnya dalam menghadapi perubahan sosialdi sekitarnya. Untuk melaksanakan aktivutasnya pimpinan senantiasa berusaha menciptakan, mengembangkan dan menggunakan jaringan asosial yang terjadi. Dengan jaringan tersebutdiharapkan pondok pesantren tersebutbertahan meskipun sekarang  lembaga pendidikan tersebut sudah banyak tergeser oleh ekspansi sistem pendidikan umum atau mengalami tranformasi menjadi lembaga pendidikan umum, atau setidaknya menyesuaikan diri dan sedikit banyak mengadaptsikan isi dan metodologi pendidikan umum (Azra, 1997:ixs).
            Banyak terjadi perubahan di pondok pesantren nurut taqwa saat ini, baik dalam bangunan fisik mauoun non fisik. Di bidang bangunan fisik terjadi perubahan jumlah luas tanah dan jumlah bangunan pondok pesantren nurut taqwa, dan non fisik terjadi pada sistem belajar mengajar yang pada awalnya dari sistem tahassus, yang tidak mendapatkan ijazah menjadi saistem belajar mengajar klasikal yang mengeluarkan ijazah,
                        Perubahan yang terjadi pada bidang bangunan fisik pp nurut taqwa pertama ditandai dengan pertambahan luas jumlah tanah yang di gunakan pondok pesantren, perubahan ini disebabkan semakin banyaknya jumlah santri  yang mondok dan belajar di pp nurut taqwa disebabkan dengan beberapa alasan, pertama : minat santri untuk belajar di sebuah pondok pesantren beroarientasi kepada (i) kecenderungan masyarakat tampk lebih mementingkan kehidupan di akhirat yang diyakini penyesalan kegagalannya laebih panjang dan sengsara, (ii) arahan orang tua yang di pengaruhi oleh lingkungan masyarakat yang ingin melihat anaknya memiliki peranan penting di masyarakat kelak (iii) melihat kenyataan masyarakat yang kesadaran moralnya cenderung menurun dari hari kehari. Hal ini menimbulkan perasaan khawatir orang tua terhadap masa depan anaknya; kedua, masyarakat simpatik terhadap perkembangan pondok pesantren dengan membantu khususnya kebutuhan material untuk meningkatkan pembangunan fisik.
            Perubahan jumlah bangunan fisik PP Nurut Taqwa lainnya adalah perubahan atau pertambahan ruang belajar yang dulunya hanya, bangunan sederhana sekarang sudah menjadi 25 bangunan yang mentereng, baik bertingkat maupun tidak bertingkat, pertama, kemampuan sumber daya pondok yang mumpuni, yaitu tersedianya dana pembangunan sarana fisik yang memadai.
            Perubahan yang terjadi di bidang non fisik PP nurut Taqwa ditandai dengan beberapa paerubahan seperti pertama dari sistem pengajaran Tahassus yang non formal tidak mengeluarkan ijazah menjadi sistem klasikal formal yang mengeluarkan ijazah, seperti sekolah pendidikan umum dan sekolah pendidikan agama, sepaerti SLTP,SMU. MI (Madrasah Ibtidaiyah),MTS(Madrasah Tsanawiyah,), MA (Madrasah Aliyah).
            Dari keterangan di atas khususnya terhadap Pondok Pesatren Nurut Taqwa,dalam penggunaan pendekatan analisis jaringan sosial untuk memahami situasi kegiatan seorang kiai di pesantren terhadap lingkungannya, dan sebagai salah satu strategi adaptasi dalam menghadapi perubahan perubahan sosial. Dalam kaitannya dengan  strategi adaptasi di atas dan berdasarkan pertimbangan tentang belum berkembangnya penggunaan analisis jaringan sosial untuk memahami situasi kegiatan para kiai pondok pesantrenterhadap lingkungannya selama ini, serta bagaimana mereka menggunakan jaringan sosial yang dimiliki untuk mengakses sumber daya yang tersedia di lingkungannya dalam upaya memperthankan kelangsungan kehidupannya.
1.2   Rumusan Masalah
            Berdasarkan data tersebut di atas, pertanyaan pokokyang diajukan dalm pennelitian ini adalah bagaimanakah khususnya para pimpinan Pondok Pesantren Nurut Taqwa memilih mengaktifkan jaringan sosial di lingkungan interen maupun eksteren dalam rangka menciptakan, mengembangkan dan menggunakan jaringan sosial di sekitarnya selama ini, termasuk di dalamnya bagaimanakah caranya, apa pertimbangannya dan apa hasilnya.
1.3  Tujuan dan Manfaat Penelitian
            Penelitiuan ini bertujuan untuk menggambarkan dan menyusun suatu penelitian dari khususnya para pemimpin Pondok Pesantren Nurut Taqwa, baik interen maupun eksteren dalam rangka menciptakan, mengembangkan dan maenggunakan jaringan sosial terhadap perubahan sosial yang terjadi di sekitarnya.
            Hasil paenelitian ini di harapkan (i) dapat memberikan sumbangan pada peneliti sejenis, terutama pada penelitian tentang kebertahanan sebuah pondok pesantren dalam menghadapi perubahan sosial (ii) dapat digunakan untuk lebih memehami permasalahan aktual yang terjadi khususnya didalam kegiatan pendidikan di pondok pesantren (iii) dapat memehami tatanan yang kondusif bagi pembangunan suatu kegiatan pendidikan yang optimal di dunia pendidikan pondok pesantren.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
1.2  Pengertian Strategi dan Adaptasi
Kata “strategi” berasal dari turunan kata bahasa Yunani, “stratēgos”. yang dapat diterjemahkan sebagai ‘komandan militer’ pada zaman demokrasi Athena.Berbagai pengertian strategi:
Menurut Wikipedia: Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut.
Dari berbagai pengertian dan definisi mengenai strategi, secara umum dapat didefinisikan bahwa strategi itu adalah rencana tentang serangkaian manuver, yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tak-kasat mata, untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan
Ketika manusia dihadapkan pada situasi padat, yang dapat dipersepsikan sebagai situasi yang mengancam eksestensinya, manusia melakukan adaptasi. Hal itu berarti bahwa ada hubungan interaksionis lingkungan dan manusia, lingkungan dapat mempengaruhi manusia, manusia juga dapat mempengaruhi lingkungan(Holahan,1982). Oleh karena bersifat saling memengaruhi maka terdapat proses adaptasi dari individu dalam menggapai tekanan-tekanan yang berasal dari lingkungan seperti yang dinyatakan( Sumarwoto, 1991). Bahwa dalam batas tertentu mempunyai kelenturan. Kelenturan ini memungkinkan individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemampuan adaptasi mempunyai nilai untuk kelangsungan hidup.
Adaptasi diartikan kapasitas individu untuk mengatasi lingkungan, yang merupakan proses tingkah laku umum yang diddasarkan atas faktor psikologis untuk melakukan antisipasi kemampuan melihat tuntutan dimasa yang akan datang(Altman dalam gifford,1980).Dengan demikian, adaptasi merupakan tingkah laku yang melibatkan perencanaan agar dapat mengantisipasi suatu peristiwa yang akan datang. Pengertian adaptasi sering dibaurkan dengan pengertian penyesuaian. Adaptasi merupakan perubahan respon pada situasi, sedangkan penyesuaian merupakan perubahan stimulus itu sendiri.

                                            BAB 3. METODE PENELITIAN

1.3  Jenis Penelitian
            Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di desa Grujugan Cermee Bondowoso Jawa Timur. Desa ini di pilih atas  dasar memiliki salah satu pondok pesantren yang tergolong cukup tua , terbesar di kecamatan cermee. 
            1.3.1.  Data yang dihimpun
                  Data yang dihimpun dilaksanakan dalam tahapan – tahapan sebagai berikut:
                        1.3.1.1. Observasi umum
                                    Pada tahap ini, observasi dilakukan dalam rangka mendapatkan gambaran kegiatan umum dengan cara mengedentifikasi tentang situasi dan kondisi di desa penelitian. Ganmbaran umum tersebut meliputi serangkaian percakapan umum dengan beberapa penduduk setempat seperti  perangkat desa, dan tokoh masyarakat. Informasi  itu bermanfaat bagi kami yang mempunyai pengetahuan terbatas tentang keadaan, tempat, dan masyarakat.
                        1.3.1.2. Observasi terfokus
                                    Pada tahapan ini, obserfasi dilakukan oleh beberapa orang yang terkait baik interen maupun eksteren di sekitar pondok pesantren  seperti , keluarga kiai, santri, allumni, beberapa pengurus di pondok pesantren dan masyarakat disekelilingnya
                        1.3.1.3. Informan
                                    Informan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengungkapkan pengalaman yang dimilikinya secara lisan dengan bahasa yang dimilikinya.Informan merupakan sumber keterangan yang penting bagi suatu penelitian (Spradley, 1980,103). Dalam penelitian ini informan adalah; (i)Guru di pondok pesantren; (ii) santri dan pengurus pondok.
           

                                                   BAB 4. Gambaran Desa Grujugan

            Pondok Pesantren Nurut Taqwa berada dalam wilayah Cermee Kabupaten Bondowoso. Pada bab ini Akan di uraikan secara singkat tentang keadaan desa tersebut. Uraian dimaksud meliputi lokasi dan lingkungan hidup
4.1  Lokasi Dan Lingkungan Hidup
.           Desa Grujugan adalah salah satu desa di wilayah kecamatan Cermee, kabupaten Bondowoso, Propinsi Jawa Timur. Letak desa Grujugan berada di bagian barat kecamatan Cermee.Desa Grujugan berada di sebelah jalan raya yang menghubungkan antara Ramban dan Widuri. Sejak pagi sampai malam hari, kendaraan umum melewati jalan raya tersebuthampir setiap menit sekali.
             Untuk sarana ekonomi yang ada antara lain, misalnya Kantor pos, toko, warung kecil dan wartel. Semua sarana tersebut kebetulan berada di dekat kompleks Pondok Pesantren.
            Selanjutnya di nyatakan desa ini mempunyai fasilitas pendidikan setingkat TK sebanyak 2 buah, setingkat SD 4 buah, setingkat SLTP 1 buah, setingkat SLTA 1 buah, Setingkat Madrasah pesantren2 buah.          
            Menurut warga setempat Desa Grjugan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat selama ini terkendali. Hal ini terbukti di desa ini tidak pernah terjadi tindak kejahatan,baik itu pemerkosaan, pembunuhan,perampokan baik secara perorangan maupun per kelompok
                                   


BAB 5. Jaringan Sosial Kiai Di Pondok Pesantren

5.1  Latar Belakang Terjadinya Jaringan Sosial
            Teori Herbert Speancer menyatakan bahwa tujuan hidup bagi tiap-tiap manusia ialah menyesuaikan diri kepada panggilan hidup dalam masyarakat sekitarnya yang selalu menghadapi perbaikan dan kemajuannya dengan jalan evaluasi. Ditambah lagi dari ungkapan – ungkapan yamg ada di dunia pondok pesantren(ungkapan regilius ) yang menyatakan bahwa : “ Hidup seseorang atau sekelompok  manusia hari ini harus lebih baik dari dari hari yang kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini”. (AL- Hadist). Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti dia memetiknya (AL- Hadist). Dan ditambah lagi dari ungkapan orang-orang jawa , seperti “ jer Besuki Mawa Bea: yang artinya “ segala sesuatu asal ada niat dan usaha sungguh- sungguh akan berhasil” (Depdikbud 1995/ 1996; 42).
            Ungkapan pertama menaytakan bahwa apabila seseorang ingin hidupnya bahagia dan tidak sengsara di kemudian hari, dia harus dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya serta berusaha setahap – demi setahap sekuat tenaga mencapai tujuan kehidupan yang dicarinya sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. Perubahan derajat seseorang di dunia ini  tidak ditentukan oleh orang lain, melainkan ditentukan oleh diri sendiri dengan bekerja keras pantang putus asa, sehingga segala sesuatu yang di usahakan akan diperolehnya.
            Untuk seorang Jawa ketiga ungkapan tersebut akan lebih mantap bila ditambah dengan ungkapan keempat yang juga memberi penekanan betapa pentingnya bekerja dengan sungguh-sungguh. Karena menurut ungkapan tersebut sesuatu yang direncanakan akan berhasil diraih bila dikerjakan dengan kerja keras dan sungguh-sungguh pantang putus asa.
            Semangat etos kerja yang demikian telah diperlihatkan oleh pengasuh atau pimpinan pondok pesantren Nurut Taqwa, menurut visi dan misi yang terkandung didalam hati sanubarinya, demi tegaknya kebenaran di daerah tersebut yang dikenal sebagai yang penuh dengan kerusakan. Semangat memperjuangkan kebenaran itulah yang tak pernah kunjung padam dari jiwanya, sehingga kebenaran itu terwujud dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.Semangat yang membuat mereka tak pernah merasa puas sampai berhasil menanamkan nilai kebenaran kedalam jiwa setiap seseorang, sehingga apa yang diyakinikebenaran diterima oleh seluru manusia pada umumnya (Arnold, 1981:1). ...harus dihadapi masing-masing dengan cara yang sepadan dengan tingkatan kecerdasan dalam pikiran, persaan, serta tabiatnya (Nasir M., 1988:158). Semangat etos kerja tersebut, di samping itu juga sesuai dengan zamannya.Pada pereode kepengsuhan KH. Ma’sum ini terletak pada semangat untuk merubah perilaku warga disekitarnya yang masi jelek
5.2  Peran kiai terhadap jaringan sosial
            Seorang kiai  adalah pimpinan yang mempunyai beberapa komponen  dan sifat yang menjadi syarat seorang pemimpin dalam masyarakat
             Selanjutnya dijelasakan bahwa, dalam masyarakat seorang kiai mempunyai kekuasan dalam arti memiliki komponen kekuasaan, seperti pertama kewibaan dengan sifst-sifat berkelana dan bertani, trampil berpidato, dan memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan masyarakat (murah hati dan sebagainya). Kedua, mempunyai kharisma atau nmemiliki kekuatan saleh
                                                           


BAB 6.Adaptasi masyarakat pondok pesantren
dalam jaringan social kiai

6.1  Adaptasi kebudayaan di pondok pesantren
              Pengertian adaptasi kebudayaan disini diartikan adanya perubahan-perubahan di unsure kebudayaan yang menyebabkan unsure itu dapat berfungsi lebih baikbagi manusia yang mendukungnya yaitu individu-individu yang berada di pondok pesantren. (Suprlan, Parsudi,1997: 104-106; Nasution, Harun, 1991/1992:12; Hidayant, Komarudin, 1998/1999: 38-39;, PJ.,1971: 131).
              Adaptasi kebudayaan tersebut menyebabkan terciptanya, terkembangnya dan tergunanya jaringan social di pondok pesantren khususnya pondok pesantren Nurut Taqwadalam menghadapi perubahan social di sekitarnya. (Abdullah, TAufik, Ed., 1996:vii)
              Perubahan- perubahan di unsure-unsur kebudayaan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi pada unsure teknologipandangan dan pada SDM pribadi/ individu yang ada yag ada di pondok pesantren(Suparlan, PArsudi, 1991/1992: 98-100)
              Perubahan dalam bidang teknologi terikat adanya perubahan cara menggunakan sarana informasi yang digunakan oleh individu-individu yang berada dalam kompleks pondok khususnya, misalnya cara menginformasikan dengan surat diganti dengan menggunakan HP. Hp tersebut berfungsi sebagai alat menyampaikan informasi dari santri kepada individu di kampong halaman terutama orang tua walisantri yang bersangkutan akan masalah yang di hadapi oleh santri tersebut.
              Perubahan terjadi juga pada system belajar yang dulunya menggunakan system tahassus sekarang sudah diganti dengan system klasikaldengan tatap muka antara buku dan murid dalam satu kelas tertentu dan jam tertentu setiap harinya.
              Perubahan juga terjadi dibidang cara makan dan masak santri. Dahulu jika mereka ingin  makan memasak sendiri dengan kayu bakar, namun mereka namun sekarang mereka bias makan melalui warung/ took , dan rumah makan yang disediakan oleh pondok pesantrenHal ini dikarenakan para santri selainmereka menjadi santri dengan belajar pengetahuan agama, juga mereka belajar pengetahuan umum dengan menjadi siswa madrasahTsanawiyah, Aliyah.
              Pondok  Pesantren Nurut Taqwa disamping melakukan adaptasi kebudayaan juga melakukan adaptasi social. Pengertian adaptasi social disini adalah proses perubahan pada seorang (santri) di kelompok social (dalam hal ini pondok pesantren) sehingga orang itu dapat berfungsi lebih baik di lingkungannya




BAB 7. Penutup

7.1. Kesimpulan
Dalam penelitian mengenai jaringan sosial kiai sebagai strategi adaptasi pondok pesantren ini dapat di ambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1.      Kiai adalah orang-orang yang mempunyai: (i) integritas moral yang diakui oleh masyarakat; (ii) rasa keterkaitan yang mendalam dengan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkunan sosial; (iii) ketaqwaan yang tinggi kepada Allah; (iv) kedalaman pengetahuan ilmu agama
2.      Kiai di didalam masyarakat diakui sebagai pimpinan informal yang wibawahnya kerap kali melampaui pimpinan formal, mereka dipatuhi, dicintai dan disegani masyarakatnya. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki:  (a) fungsi nyata dalam kehidupan masyarakatnya dan menjadi teladan dalam tingkah laku sosial, tempst menyampaikan masalah keluarga, kehidupan, pengobatan bahkan masalah sosial.
3.      Kepamimpinan kiai mempunyai pengaruh penting dalam beberapa bidang sekaligus. Kiai harus memiliki beraneka ragam kemampuan lebih.
4.      Dari kajian tentang jaringan sosial ini terlihat bahwa pondok pesantren dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan kehidupan yang islami islami walaupun menghadapi perubahan zaman yang condong merusak tatanan kehidupan masyarakat yang positif kepada yang negatif.                  

DAFTAR PUSTAKA
Depdikbut
1993 Kamus Besar Bahasa Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai             Pustaka.
Shadly, Hasan
1993 Sosiologi Untuk Masyarakat indonesia. Jakarta:PT. Rineka Cipta
Arnold, Thomas,w
1981 The Preatching of islam. Terjemahan oleh Rambe           Nawawi Sejarah Dakwah Islam. Jakarta: Wijaya.
Nasi,M
              1998  Fiqhud Da’wah. Jakarta: Media Dakwah
Ghazali,Bahri,M
  1996  Pesantren Berwawasan Lingkungan.Jakarta. Bandung: Mizan
Sumarwoto, Otto.1991.Ekologi,Lingkungan hidup, dan pembangunan. Jakarta:           
                       Penerbit Djambatan
              adaptasi/#ixzz1hED9rqbC


           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar