BAB
1. Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Masah
Kalau kita mencari lembaga pendidikan Islam asli
Indonesia dan berakar kuat dalm masyarakat, lembaga tersebut adalah Pondok
Peasantren. Ironisnya, lembaga tersebut masih diragukan kemampuannya dalam
menjawab tantangan jaman.Namun dalam dunia Pondok Pesantren sendiri terdapat
Dilema, di satu sisi pondok pesantren harus mempertahankan keberadaannya agar
ciri asli Indonesia tidak memudar.
Dengan demikian, posisi yang saya tentukan dalam
penelitian ini adalah aktivitas pimpinan pondok pesantren dengan melihat pada
jaringan sosialnya dalam menghadapi perubahan sosialdi sekitarnya. Untuk
melaksanakan aktivutasnya pimpinan senantiasa berusaha menciptakan,
mengembangkan dan menggunakan jaringan asosial yang terjadi. Dengan jaringan
tersebutdiharapkan pondok pesantren tersebutbertahan meskipun sekarang lembaga pendidikan tersebut sudah banyak
tergeser oleh ekspansi sistem pendidikan umum atau mengalami tranformasi
menjadi lembaga pendidikan umum, atau setidaknya menyesuaikan diri dan sedikit
banyak mengadaptsikan isi dan metodologi pendidikan umum (Azra, 1997:ixs).
Banyak terjadi perubahan di pondok pesantren nurut taqwa
saat ini, baik dalam bangunan fisik mauoun non fisik. Di bidang bangunan fisik
terjadi perubahan jumlah luas tanah dan jumlah bangunan pondok pesantren nurut
taqwa, dan non fisik terjadi pada sistem belajar mengajar yang pada awalnya
dari sistem tahassus, yang tidak mendapatkan ijazah menjadi saistem belajar
mengajar klasikal yang mengeluarkan ijazah,
Perubahan yang terjadi pada bidang bangunan
fisik pp nurut taqwa pertama ditandai dengan pertambahan luas jumlah tanah yang
di gunakan pondok pesantren, perubahan ini disebabkan semakin banyaknya jumlah
santri yang mondok dan belajar di pp
nurut taqwa disebabkan dengan beberapa alasan, pertama : minat santri
untuk belajar di sebuah pondok pesantren beroarientasi kepada (i) kecenderungan
masyarakat tampk lebih mementingkan kehidupan di akhirat yang diyakini
penyesalan kegagalannya laebih panjang dan sengsara, (ii) arahan orang tua yang
di pengaruhi oleh lingkungan masyarakat yang ingin melihat anaknya memiliki
peranan penting di masyarakat kelak (iii) melihat kenyataan masyarakat yang
kesadaran moralnya cenderung menurun dari hari kehari. Hal ini menimbulkan
perasaan khawatir orang tua terhadap masa depan anaknya; kedua,
masyarakat simpatik terhadap perkembangan pondok pesantren dengan membantu
khususnya kebutuhan material untuk meningkatkan pembangunan fisik.
Perubahan jumlah bangunan fisik PP Nurut Taqwa lainnya
adalah perubahan atau pertambahan ruang belajar yang dulunya hanya, bangunan
sederhana sekarang sudah menjadi 25 bangunan yang mentereng, baik bertingkat
maupun tidak bertingkat, pertama, kemampuan sumber daya pondok yang
mumpuni, yaitu tersedianya dana pembangunan sarana fisik yang memadai.
Perubahan yang terjadi di bidang non fisik PP nurut Taqwa
ditandai dengan beberapa paerubahan seperti pertama dari sistem
pengajaran Tahassus yang non formal tidak mengeluarkan ijazah menjadi sistem
klasikal formal yang mengeluarkan ijazah, seperti sekolah pendidikan umum dan
sekolah pendidikan agama, sepaerti SLTP,SMU. MI (Madrasah
Ibtidaiyah),MTS(Madrasah Tsanawiyah,), MA (Madrasah Aliyah).
Dari keterangan di atas khususnya terhadap Pondok
Pesatren Nurut Taqwa,dalam penggunaan pendekatan analisis jaringan sosial untuk
memahami situasi kegiatan seorang kiai di pesantren terhadap lingkungannya, dan
sebagai salah satu strategi adaptasi dalam menghadapi perubahan perubahan
sosial. Dalam kaitannya dengan strategi
adaptasi di atas dan berdasarkan pertimbangan tentang belum berkembangnya
penggunaan analisis jaringan sosial untuk memahami situasi kegiatan para kiai
pondok pesantrenterhadap lingkungannya selama ini, serta bagaimana mereka
menggunakan jaringan sosial yang dimiliki untuk mengakses sumber daya yang
tersedia di lingkungannya dalam upaya memperthankan kelangsungan kehidupannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan data tersebut di atas, pertanyaan pokokyang
diajukan dalm pennelitian ini adalah bagaimanakah khususnya para pimpinan
Pondok Pesantren Nurut Taqwa memilih mengaktifkan jaringan sosial di lingkungan
interen maupun eksteren dalam rangka menciptakan, mengembangkan dan menggunakan
jaringan sosial di sekitarnya selama ini, termasuk di dalamnya bagaimanakah
caranya, apa pertimbangannya dan apa hasilnya.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitiuan ini bertujuan untuk menggambarkan dan
menyusun suatu penelitian dari khususnya para pemimpin Pondok Pesantren Nurut
Taqwa, baik interen maupun eksteren dalam rangka menciptakan, mengembangkan dan
maenggunakan jaringan sosial terhadap perubahan sosial yang terjadi di
sekitarnya.
Hasil paenelitian ini di harapkan (i) dapat memberikan sumbangan
pada peneliti sejenis, terutama pada penelitian tentang kebertahanan sebuah
pondok pesantren dalam menghadapi perubahan sosial (ii) dapat digunakan untuk
lebih memehami permasalahan aktual yang terjadi khususnya didalam kegiatan
pendidikan di pondok pesantren (iii) dapat memehami tatanan yang kondusif bagi
pembangunan suatu kegiatan pendidikan yang optimal di dunia pendidikan pondok
pesantren.
BAB 2. TINJAUAN
PUSTAKA
1.2 Pengertian Strategi dan Adaptasi
Kata “strategi” berasal dari turunan kata bahasa Yunani, “stratēgos”.
yang dapat diterjemahkan sebagai ‘komandan militer’ pada zaman demokrasi
Athena.Berbagai pengertian strategi:
Menurut
Wikipedia: Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun
waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja,
memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan
prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan,
dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan
dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang
lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata
tersebut.
Dari berbagai pengertian dan definisi mengenai strategi, secara umum
dapat didefinisikan bahwa strategi itu adalah rencana tentang serangkaian
manuver, yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tak-kasat
mata, untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan
Ketika manusia
dihadapkan pada situasi padat, yang dapat dipersepsikan sebagai situasi yang
mengancam eksestensinya, manusia melakukan adaptasi. Hal itu berarti bahwa ada
hubungan interaksionis lingkungan dan manusia, lingkungan dapat mempengaruhi
manusia, manusia juga dapat mempengaruhi lingkungan(Holahan,1982). Oleh karena
bersifat saling memengaruhi maka terdapat proses adaptasi dari individu dalam
menggapai tekanan-tekanan yang berasal dari lingkungan seperti yang dinyatakan(
Sumarwoto, 1991). Bahwa dalam batas tertentu mempunyai kelenturan. Kelenturan
ini memungkinkan individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemampuan
adaptasi mempunyai nilai untuk kelangsungan hidup.
Adaptasi diartikan
kapasitas individu untuk mengatasi lingkungan, yang merupakan proses tingkah
laku umum yang diddasarkan atas faktor psikologis untuk melakukan antisipasi
kemampuan melihat tuntutan dimasa yang akan datang(Altman dalam
gifford,1980).Dengan demikian, adaptasi merupakan tingkah laku yang melibatkan
perencanaan agar dapat mengantisipasi suatu peristiwa yang akan datang.
Pengertian adaptasi sering dibaurkan dengan pengertian penyesuaian. Adaptasi
merupakan perubahan respon pada situasi, sedangkan penyesuaian merupakan
perubahan stimulus itu sendiri.
BAB
3. METODE PENELITIAN
1.3
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian ini dilakukan di desa Grujugan Cermee Bondowoso Jawa Timur. Desa ini
di pilih atas dasar memiliki salah satu
pondok pesantren yang tergolong cukup tua , terbesar di kecamatan cermee.
1.3.1. Data yang dihimpun
Data yang
dihimpun dilaksanakan dalam tahapan – tahapan sebagai berikut:
1.3.1.1.
Observasi umum
Pada tahap ini, observasi
dilakukan dalam rangka mendapatkan gambaran kegiatan umum dengan cara
mengedentifikasi tentang situasi dan kondisi di desa penelitian. Ganmbaran umum
tersebut meliputi serangkaian percakapan umum dengan beberapa penduduk setempat
seperti perangkat desa, dan tokoh
masyarakat. Informasi itu bermanfaat
bagi kami yang mempunyai pengetahuan terbatas tentang keadaan, tempat, dan
masyarakat.
1.3.1.2.
Observasi terfokus
Pada tahapan ini, obserfasi
dilakukan oleh beberapa orang yang terkait baik interen maupun eksteren di
sekitar pondok pesantren seperti ,
keluarga kiai, santri, allumni, beberapa pengurus di pondok pesantren dan
masyarakat disekelilingnya
1.3.1.3. Informan
Informan
adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengungkapkan pengalaman yang
dimilikinya secara lisan dengan bahasa yang dimilikinya.Informan merupakan
sumber keterangan yang penting bagi suatu penelitian (Spradley, 1980,103).
Dalam penelitian ini informan adalah; (i)Guru di pondok pesantren; (ii) santri
dan pengurus pondok.
BAB 4. Gambaran
Desa Grujugan
Pondok Pesantren Nurut Taqwa berada dalam wilayah Cermee
Kabupaten Bondowoso. Pada bab ini Akan di uraikan secara singkat tentang
keadaan desa tersebut. Uraian dimaksud meliputi lokasi dan lingkungan hidup
4.1 Lokasi Dan Lingkungan Hidup
. Desa Grujugan adalah salah satu desa
di wilayah kecamatan Cermee, kabupaten Bondowoso, Propinsi Jawa Timur. Letak
desa Grujugan berada di bagian barat kecamatan Cermee.Desa Grujugan berada di
sebelah jalan raya yang menghubungkan antara Ramban dan Widuri. Sejak pagi
sampai malam hari, kendaraan umum melewati jalan raya tersebuthampir setiap
menit sekali.
Untuk sarana ekonomi yang ada antara lain,
misalnya Kantor pos, toko, warung kecil dan wartel. Semua sarana tersebut
kebetulan berada di dekat kompleks Pondok Pesantren.
Selanjutnya di nyatakan desa ini mempunyai fasilitas pendidikan
setingkat TK sebanyak 2 buah, setingkat SD 4 buah, setingkat SLTP 1 buah,
setingkat SLTA 1 buah, Setingkat Madrasah pesantren2 buah.
Menurut warga setempat Desa Grjugan situasi keamanan dan
ketertiban masyarakat selama ini terkendali. Hal ini terbukti di desa ini tidak
pernah terjadi tindak kejahatan,baik itu pemerkosaan, pembunuhan,perampokan
baik secara perorangan maupun per kelompok
BAB 5. Jaringan
Sosial Kiai Di Pondok Pesantren
5.1
Latar Belakang Terjadinya Jaringan Sosial
Teori Herbert Speancer menyatakan bahwa tujuan hidup bagi
tiap-tiap manusia ialah menyesuaikan diri kepada panggilan hidup dalam
masyarakat sekitarnya yang selalu menghadapi perbaikan dan kemajuannya dengan
jalan evaluasi. Ditambah lagi dari ungkapan – ungkapan yamg ada di dunia pondok
pesantren(ungkapan regilius ) yang menyatakan bahwa : “ Hidup seseorang atau
sekelompok manusia hari ini harus lebih
baik dari dari hari yang kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini”.
(AL- Hadist). Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti dia memetiknya (AL-
Hadist). Dan ditambah lagi dari ungkapan orang-orang jawa , seperti “ jer
Besuki Mawa Bea: yang artinya “ segala sesuatu asal ada niat dan usaha sungguh-
sungguh akan berhasil” (Depdikbud 1995/ 1996; 42).
Ungkapan pertama menaytakan bahwa apabila seseorang ingin
hidupnya bahagia dan tidak sengsara di kemudian hari, dia harus dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya serta berusaha setahap – demi setahap
sekuat tenaga mencapai tujuan kehidupan yang dicarinya sesuai dengan kondisi
dan situasi yang ada. Perubahan derajat seseorang di dunia ini tidak ditentukan oleh orang lain, melainkan
ditentukan oleh diri sendiri dengan bekerja keras pantang putus asa, sehingga segala
sesuatu yang di usahakan akan diperolehnya.
Untuk seorang Jawa ketiga ungkapan tersebut akan lebih
mantap bila ditambah dengan ungkapan keempat yang juga memberi penekanan betapa
pentingnya bekerja dengan sungguh-sungguh. Karena menurut ungkapan tersebut
sesuatu yang direncanakan akan berhasil diraih bila dikerjakan dengan kerja
keras dan sungguh-sungguh pantang putus asa.
Semangat etos kerja yang demikian telah diperlihatkan
oleh pengasuh atau pimpinan pondok pesantren Nurut Taqwa, menurut visi dan misi
yang terkandung didalam hati sanubarinya, demi tegaknya kebenaran di daerah
tersebut yang dikenal sebagai yang penuh dengan kerusakan. Semangat
memperjuangkan kebenaran itulah yang tak pernah kunjung padam dari jiwanya,
sehingga kebenaran itu terwujud dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.Semangat
yang membuat mereka tak pernah merasa puas sampai berhasil menanamkan nilai
kebenaran kedalam jiwa setiap seseorang, sehingga apa yang diyakinikebenaran
diterima oleh seluru manusia pada umumnya (Arnold, 1981:1). ...harus dihadapi
masing-masing dengan cara yang sepadan dengan tingkatan kecerdasan dalam
pikiran, persaan, serta tabiatnya (Nasir M., 1988:158). Semangat etos kerja
tersebut, di samping itu juga sesuai dengan zamannya.Pada pereode kepengsuhan
KH. Ma’sum ini terletak pada semangat untuk merubah perilaku warga disekitarnya
yang masi jelek
5.2
Peran kiai terhadap jaringan sosial
Seorang kiai
adalah pimpinan yang mempunyai beberapa komponen dan sifat yang menjadi syarat seorang
pemimpin dalam masyarakat
Selanjutnya
dijelasakan bahwa, dalam masyarakat seorang kiai mempunyai kekuasan dalam arti
memiliki komponen kekuasaan, seperti pertama kewibaan dengan sifst-sifat
berkelana dan bertani, trampil berpidato, dan memiliki sifat-sifat yang sesuai
dengan yang diinginkan masyarakat (murah hati dan sebagainya). Kedua, mempunyai
kharisma atau nmemiliki kekuatan saleh
BAB 6.Adaptasi
masyarakat pondok pesantren
dalam jaringan
social kiai
6.1 Adaptasi kebudayaan di pondok pesantren
Pengertian adaptasi kebudayaan disini diartikan adanya
perubahan-perubahan di unsure kebudayaan yang menyebabkan unsure itu dapat
berfungsi lebih baikbagi manusia yang mendukungnya yaitu individu-individu yang
berada di pondok pesantren. (Suprlan, Parsudi,1997: 104-106; Nasution, Harun,
1991/1992:12; Hidayant, Komarudin, 1998/1999: 38-39;, PJ.,1971: 131).
Adaptasi kebudayaan tersebut menyebabkan terciptanya,
terkembangnya dan tergunanya jaringan social di pondok pesantren khususnya
pondok pesantren Nurut Taqwadalam menghadapi perubahan social di sekitarnya.
(Abdullah, TAufik, Ed., 1996:vii)
Perubahan- perubahan di unsure-unsur kebudayaan yang
dimaksud adalah perubahan yang terjadi pada unsure teknologipandangan dan pada
SDM pribadi/ individu yang ada yag ada di pondok pesantren(Suparlan, PArsudi,
1991/1992: 98-100)
Perubahan dalam bidang teknologi terikat adanya
perubahan cara menggunakan sarana informasi yang digunakan oleh
individu-individu yang berada dalam kompleks pondok khususnya, misalnya cara
menginformasikan dengan surat diganti dengan menggunakan HP. Hp tersebut
berfungsi sebagai alat menyampaikan informasi dari santri kepada individu di
kampong halaman terutama orang tua walisantri yang bersangkutan akan masalah
yang di hadapi oleh santri tersebut.
Perubahan terjadi juga pada system belajar yang dulunya
menggunakan system tahassus sekarang sudah diganti dengan system klasikaldengan
tatap muka antara buku dan murid dalam satu kelas tertentu dan jam tertentu
setiap harinya.
Perubahan juga terjadi dibidang cara makan dan masak
santri. Dahulu jika mereka ingin makan
memasak sendiri dengan kayu bakar, namun mereka namun sekarang mereka bias
makan melalui warung/ took , dan rumah makan yang disediakan oleh pondok
pesantrenHal ini dikarenakan para santri selainmereka menjadi santri dengan belajar
pengetahuan agama, juga mereka belajar pengetahuan umum dengan menjadi siswa
madrasahTsanawiyah, Aliyah.
Pondok Pesantren
Nurut Taqwa disamping melakukan adaptasi kebudayaan juga melakukan adaptasi
social. Pengertian adaptasi social disini adalah proses perubahan pada seorang
(santri) di kelompok social (dalam hal ini pondok pesantren) sehingga orang itu
dapat berfungsi lebih baik di lingkungannya
BAB 7. Penutup
7.1. Kesimpulan
Dalam penelitian
mengenai jaringan sosial kiai sebagai strategi adaptasi pondok pesantren ini
dapat di ambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Kiai
adalah orang-orang yang mempunyai: (i) integritas moral yang diakui oleh
masyarakat; (ii) rasa keterkaitan yang mendalam dengan lingkungannya, baik
lingkungan alam maupun lingkunan sosial; (iii) ketaqwaan yang tinggi kepada
Allah; (iv) kedalaman pengetahuan ilmu agama
2. Kiai
di didalam masyarakat diakui sebagai pimpinan informal yang wibawahnya kerap
kali melampaui pimpinan formal, mereka dipatuhi, dicintai dan disegani
masyarakatnya. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki: (a) fungsi nyata dalam kehidupan
masyarakatnya dan menjadi teladan dalam tingkah laku sosial, tempst
menyampaikan masalah keluarga, kehidupan, pengobatan bahkan masalah sosial.
3. Kepamimpinan
kiai mempunyai pengaruh penting dalam beberapa bidang sekaligus. Kiai harus
memiliki beraneka ragam kemampuan lebih.
4. Dari
kajian tentang jaringan sosial ini terlihat bahwa pondok pesantren dapat
mempertahankan kelangsungan hidup dan kehidupan yang islami islami walaupun
menghadapi perubahan zaman yang condong merusak tatanan kehidupan masyarakat
yang positif kepada yang negatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Depdikbut
1993 Kamus Besar Bahasa Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Shadly, Hasan
1993 Sosiologi Untuk Masyarakat indonesia.
Jakarta:PT. Rineka Cipta
Arnold, Thomas,w
1981 The Preatching of islam. Terjemahan oleh
Rambe Nawawi Sejarah Dakwah
Islam. Jakarta: Wijaya.
Nasi,M
1998 Fiqhud
Da’wah. Jakarta: Media Dakwah
Ghazali,Bahri,M
1996 Pesantren Berwawasan Lingkungan.Jakarta.
Bandung: Mizan
Sumarwoto, Otto.1991.Ekologi,Lingkungan hidup,
dan pembangunan. Jakarta:
Penerbit
Djambatan
adaptasi/#ixzz1hED9rqbC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar